“kamu minggu depan ulang tahun kan? ciyeeee” Tanya Luna sebari menggoda
“engga ko” jawab Ega singkat
“ko engga? Bohong aaaah!” teriak Luna keras dikuping Ega
“aduduh berisik tau, teriakanmu itu nyampe ke ujung bumi! Telingaku sakit ih” ucap Ega sebari mengusap telinganya pelan
“abis kamu gitu banget sih, aku kan tanya baik baik Ega, iyakan?” Tanya Luna lagi
“engga ah, au. Udah yuk pulang” jawab Ega lalu menarik dan menggenggam tangan Luna dengan lembut
Luna sangat mencintai Ega, begitupun Ega. Tapi entah kenapa Ega paling cuek kalau menyangkut hari ulang tahunnya. Dia Cuma jawab “engga ko” setiap hari ulang tahunnya. Dan taun ini, taun ke 4 mereka merayakan ulang tahun bersama. Tapi entah kenapa Ega tampak cuek kalau Luna ingin memberikan surprice buat Ega. Wajar kan? Cewe gitu, pasti maunya yang so sweet terus. Seperti taun lalu, Luna membawa cake coklat untuk Ega, plus kacamata yang Ega inginkan. Tapi Ega hanya diam, lalu menjawab “makasih”, enough. Menyebalkan bukan? Tapi Luna sabar, selalu ingin memperlihatkan “aku bahagia bagaimanapun sikapmu padaku”
**
“Egaaaaaa, kamu mau apa di hari ulang tahunmu taun ini?’ Tanya Luna lembut
“aku gamau apa apa ah, cukup kamu ngasih ini itu Lun, aku Cuma minta doa dari kamu, itu cukup ko” jawab Ega menatap Luna dengan lirih
“gamau apa apa? Kenapa? Kalau aku kasih kamu kado lagi mau diterima?” Tanya Luna mengharapkan jawaban ‘iya aku mau terima’
“engga, aku gamau. Cukup Luna, aku Cuma butuh doamu aja, udah” jawab Ega lelah
“kenapa sih? Kamu tuh kenapa Ega? Sampe terima kado pun kamu gamau? Kalo aku kerumahmu gimana?” Tanya Luna lagi
“aku ga apa apa Luna. Aku kabur paling, gamau pokonya! Jangan kerumah” jawab Ega kesal
Rasanya ada uap dikepala Luna, tangannya siap meninju wajah Ega dengan keras, tapi hati Luna tetap meras ‘ini pacar gue, kenapa mesti gue tinju?’
“parah! Kenapa mesti kabur segala sih?! Terus ucapin birthday juga gaboleh?” Tanya Luna lagi (lagi)
“engga, kamu gaboleh ucapin ultah” jawab Ega
Luna meledak, dengan cepat eskrim ditangannya mendarat dihidung Ega yang mancung (kemancungan mungkin)
“rese!!!! Serah kamu deh! Nyebelin banget si?!” ucap Luna kesal lalu pergi tanpa pamit seperti yang biasa dia lakukan
“ega rese Ega rese abis! Gue kesel banget!” ucapnya menggebu dalam hati
**
H-2, menjelang hari ulang tahun Ega, Luna menyempatkan diri ke rumah cupcake. Niatnya membeli cupcake ukuran sedang untuk Ega. Sepintas ingatan Luna teringat saat ulang tahunnya. Disini, dia dan Ega, merayakan ulang tahun bersama, tiup lilin bersama, make a wish bersama, makan cake bersama, tertawa, bahagia bersama. Rasanya baru kemarin kejadian itu terjadi
“dibangku itu, gue sama Ega, berdua, sama sama. Ah inget banget gue” ucapnya lirih dalam hati sebari memandangi bangku yang mereka sewa 4bulan lalu
“mba mau pesan yang mana?” tiba tiba pelayan toko mengagetkan lamunannya
“oh ini mba, yang ini, yang sedang” Luna menunjuk cupcake ukuran sedang berhias whitecream dan bertabur hiasan warna warni
“iya mba, dibungkus ya?” Tanya mba toko itu
Luna hanya mengangguk menandakan kalau dia menjawab ‘iya dibungkus’. Luna mengelilingi etalase cupcake. Tak sengaja, Luna melihat ‘new! applecream! Try this’ disalah satu cupcake. Ukurannya small, tapi sepertinya nikmat. Bentuknya seperti buah apel sungguhan.
“eh, ko lucu? Bentuknya kaya buah apel hihi, oh iya Ega kan suka apel, hm beli deh buat Ega. Tapi kecil amat ya? Ah gapapa deh, yang penting ikhlas buat Ega” ucap Luna sebari mengangguk nganggukan kepalanya yakin. Dengan segera Luna meminta pelayan tokonya untuk ikut membungkus si cupcake mungil itu.
“Transaksi jual beli cupcake selesai!” ucap Luna riang
“semoga Ega suka, hihi” ucapnya penuh harap
**
“ega!” panggil Luna lantang hingga orang yang bersangkutan menoleh
Ega hanya menoleh, lalu diam berdiri, menandakan ‘ada apa?’
“kamu ko gak nyaut sih Ga?” Tanya Luna sebari manyun
“gapapa Lun, ada apa?” Tanya ega
“besok kamu dirumah kan?” Tanya Luna sebari tersenyum
Ega diam sejenak, lalu menjawab
“engga Lun” jawabnya singkat
Luna sontak diam, matanya berkaca kaca
“kenapa? Padahal ulang tahun kemarin kita rayain bareng Ga, kenapa gini sih?” tanyanya menahan tangis
“ga ada apa apa Luna, jangan nangis aku mohon” jawabnya lemas
“kamu bohong! Kita udah 4tahun Ga jalanin ini semua. Aku Cuma Tanya kamu kenapa tapi kamu….” Belum selesai, ega memotong percakapan mereka
“maaf Luna. Kamu boleh benci aku, gapapa. Maafin aku ya, aku sayang kamu Luna” sebari mengecup kening luna dengan lembut, lalu pergi
Luna hanya diam, air matanya tumpah, tak berhenti, terus mengalir tanpa ampun
**
Luna pulang kerumahnya, dengan perasan campur aduk. Galau. Ini lebih dari galau! Biasanya Ega dengan senang hati mengantar Luna pulang sampai digerbang pintu rumahnya. Tapi hari itu? Tidak. Rasanya baru saja tombak menusuk jantungnya. Beton sekalian
“Ega kenapa sih? Ah sumpah. Besok kan hari ulang tahunnya, masa gue gini aja? Mana dia ngejauh, ah galau banget gue” ucapnya dalam hati lemas
Tak sengaja Luna melihat bekas bungkusan cake.
“cake? Siapa yang beli?” tanyanya heran. Perasaan Luna tak karuan. Dengan cepat Luna menghampiri meja makan. Dan….. ya! Perkiraan Luna benar! Cake untuk Ega, baru saja dimakan orang. Entah siapa. Hatinya remuk, sangat remuk
“siapa yang makan?! Kurang ajar banget!! Hah lengkap banget hari ini!” ucapnya kesal, membanting kamarnya dengan keras
“sekarang, apa yang gue kasih ke Ega?! Ah sial! Sangat sial!!!” ucapnya kesal membanting boneka teddynya yang super big. Teringat cupcake apel yang dia beli, dengan cepat Luna mengambil cupcake lucu itu, dipandanginya dalam
“Cuma ini harapan satu satunya” ucapnya pelan
**
Pukul 23:55, Luna segera bergegas meraih handphonenya. Moment seperti ini tidak bisa Luna lewatkan. Setiap tahun Luna lakukan hal yang sama, teat jam 00:00 Luna menelfon Ega, begitupun dengan Ega. Rasanya bahagia orangyang kita sayangi mengucapkan ulang tahun yang pertama kalinya untuk kita.
Luna menekan tombol call dihandphonenya yang mirip dengan handphone Ega. Dengan cepat menaruh hpnya di telinganya. Senyum Luna kuat, bahagia. Dia siap bahagia bersama Ega malam itu. Belum juga nada sebgai tanda tersambung berbunyi, tiba tiba
“ini adalah layanan kotak suara, silahkan tinggalkan pesan” tandanya? Tentu saja berarti nomer Ega tidak aktif
Hati Luna rasanya menangis. Nomer Ega mati! Ah apa maksudnya? Dihari penting buat Ega? Ega malah tak tau dimana keberadaanya.
“Ega kemana? Ega kenapa? Ya Ampun, kenapa sih? Gue khawatir! Tenang Lun, mungkin hpnya low, dan Ega gatau” ucapnya menenangkan diri. Berulang kali Luna mencoba menghubungi Ega , tapi? Nihil. Luna hanya bisa menangisi keadaan itu. Belum pernah baginya hatinya sehancur itu, baru saat ini, saat Ega ulang tahun, dihari bahagia kekasihnya. Matanya perlahan lelah, dan mulai terlelap dalam tidurnya.
**
Bengkak!! Mata Luna bengkak karna menangis semalaman itu. Hatinya belum reda, masih tersimpan sakit yang luar biasa. Luna mencoba menghungi ega lagi, dengan harapan suara Egalah yang menyapanya, bukan customer service. Tapi? Tetap nihil. Harapannya belum hilang
“masih bisa kan ketemu di sekolah? Bawa aja kuenya, pasti Ega sekolah” ucap Luna dibenaknya lalu dengan segera berangkat menuju sekolah, tempat satu satunya harapan bagi Luna
Perjalanan selama 20 menit menuju kesekolahnya tak terasa bagi Luna, karna Ega. Ya, karna Ega. Fikirannya tak henti memikirkan Ega, otaknya terus bekerja, hatinya terus bertanya Tanya
“kenapa Ega gini? Apa yang Ega sembunyiin dai gue?” tanyanya dalam hati
Luna dengan cepat menuju kelasnya, menaruh tasnya, lalu segera pergi ke kelas Ega. Dikelas Ega, wujud Ega tidak ditemukan. Searching failed!
“God, Ega kemana?! Telfon ga aktif, disekolah juga ga ada, ega kemanaaaaaaaaaaa!” dalam hati geram. Tangannya mengepal, tangan lainnya memegang cake kecil untuk Ega
“gue harus kerumah Ega pulang sekolah nanti! Harus” ucapnya gigih lalu kembali ke kelasnya dengan amarah yang mengumpul di otaknya.
Pelajaran hari itu sangat amat membosankan bagi Luna. Lagi lagi karna Ega. Bunyi bel tanda pulang berbunyi nyaring ditelinga Luna. Dengan kecepatan tinggi Luna bergegas menuju rumah Ega. Rumah yang sering Luna kunjungi 4taun ini.
Sampai! Dirumah Ega. Pintu pagar terkunci rapat. Tak terlihat keberadaan satu orang pun dalam rumah itu. Sepi, hening. Hanya itu yang Luna rasakan. Luna memencet bel berulang kali, tapi? Tetap nihil pula. Otaknya buntu! Entah apa yang difikirkan Luna saat itu, dia hanya ingin pulang, dan menangis sekuat kuatnya.
**
Luna menekan perintah rekam di hpnya, dan mulai bicara
“happy birthday Ega Putra, semoga panjang umur, sehat terus, dikasih kemudahan sama Tuhan, tambah baik yaaa. Aku gabisa kasih apa apa, Cuma cake kecil ini Ga, maaf ya. Tapi ini tulus ko, sangat tulus dari hatiku. Di hari ulang tahunmu yang sekarang, kita gabisa rayain bareng ya, padahal aku harap kita bisa rayain barengan kaya ulang tahunku 4bulan lalu. Walaupun Cuma cake kecil gini, aku harap aku suka, maaf aku ucapin lewat video, aku bingung harus gimana lagi Ga buat hubungin kamu. Aku cinta kamu ega, gimanapun kamu, keep be mine Ga” lalu menekan perintah stop.
Hanya ini yang bisa Luna lakukan, merekam video, lalu diunggah di facebook dan menandai Ega di video itu. Ini harapan satu satunya bagi Luna, setelah hampir satu hari itu Ega tak ada kabar sama sekali. Dihari bahagia Ega, kenapa harus Luna yang sesakit ini?
**
“Luna!” teriak seseorang di belakangnya
Luna dengan sigap menoleh, berharap yang memanggilnya itu Ega. Tapi ternyata, Riko, teman Ega
“ada apa?” tanya Luna singkat
“lo dapet titipan dari Ega” jawab Riko sebari menyodorkan buku titipan Ega
“apaan nih? Lu dapet ini dari Ega langsung?” Tanya Luna heran
“bukan dari nyokapnya. Udah ya” ucap Riko lalu bergegas pergi
Luna diam, ‘ada apa?’ benaknya berbicara. Dengan perlahan Luna melihat buku yang ada ditangannya. Ternyata novel, novel yang Luna idam idamkan sebulan lalu, dan Luna ingat, dia merengek minta dibelikan oleh Ega, tapi Ega hanya menjawab ‘apaan si? Gapenting sumpah. Emang baca novel bisa bikin hidupmu berubah?’ dan itu sangat nyesek. Saat Luna membuka lembaran novel, terselip ketas putih, dengan perlahan Luna membukanya. Ternyata surat, dari Ega. Dengan seksama Luna membacanya
“luna, maaf atas kesalahanku. Aku tau aku salah ga kasih tau hal ini ke kamu. Berat banget Lun, sangat berat buat cerita ini ke kamu. Aku sakit, liver. Dan aku gabisa jalanin aktifitasku lagi kaya biasanya. Maaf, aku gamau kamu tau penyakitku, terus selalu nangis. Selama ini aku tahan, satu taun aku ngidap penyakit ini, dan selama itu aku nyembunyiin dari kamu. Maaf, kamu boleh benci aku Lun, aku emang ga baik buat kamu. Ulang tahunmu, itu terakhir kita rayain ulang tahun bareng Lun, mungkin seterusnya aku gabisa temuin kamu lagi. Itu terakhir kita bahagia bareng. Maaf, menjelang hari ulang tahunku aku jutek banget sama kamu. Itu semua biar kamu gerah sama aku, terus kamu putusin aku, terus kamu bahagia sama yang lain. Tapi ternyata gak bisa Lun, hatimu terlalu baik buat sabar sama orang kaya aku. Aku terlalu sayang, ternyata aku gak rela kamu sama orang lain. Maafin aku ya Lun. Mungkin beribu maaf gak akan cukup buat tebus semua salahku. Aku mohon, kamu sama yang lain ya? Kita temenan aja sekarang Lun, kita udahan. Aku harap kamu ngerti. Kamu tetep disini, dihatiku Lun. i love you, Luna.”
“Ini Ega? Ya Ampun, Ega” air matanya mengalir, deras. Tak perduli orang memerhatikannya tanpa henti, tak peduli orang membicarakannya. Hanya Ega, hanya Ega yang dia pedulikan. Kini, Luna hanya bisa pasrah, mendoakan yang terbaik untuk Ega
“ulang tahun gue taun depan ga akan bahagia, ga ada yang nemenin lagi” ucapnya lirih, masih memegang kuat surat Ega.
**
Bulan berganti, hari hari Ega tak berbeda, sama saja. Enahan sakit yang luar biasa. Hari itu rasanya sumpek banget untuk Ega. Dia ingat, facebooknya sudah lama tidak dia buka. Dengan perlahan dia buka laptopnya, aktifkan modem, dan mulai mengetik alamat facebook. Pemberitauan tak sebanyak ega fikir, dia berlih ke profil. Dan… isinya semua kiriman dari Luna, mulai dari ucapan cepat sembuh, menanyakan kabar, dan lainnya. Ega membuka video Luna, video yang Luna buat untuknya. Judul video itu ‘small cake, especially for you’. Ega mengklik link video, lalu melihat video Luna. Matanya membesar, bulat, matanya mulai berair, dan perlahan jatuh di pipinya. Ega menunduk, air matanya tumpah
“gue jahat banget. Luna, Luna, maafin aku Luna. Aku emang jahat, sangat amat jahat” ucapnya lirih sebari menonton video Luna, berulang kali, tanpa henti.
**
makasih mau baca :) ini hadia buat evan, semoga suka yaa :) maaf cuma ini yang bisa aku kasih. wsm, iloveyou