Aku mencintai duniaku, dunia dimana Tuhan menciptakanku dengan wujudku seperti ini. Aku bersyukur pada Tuhan, hidupku sangatlah terasa lengkap, dimana orang-orang disekitarku mencintaiku, menyayangiku sepenuh hati mereka.
Disaat semuanya sempurna, menjelang hari perpisahanku, aku terpuruk. Aku divonis mengidap penyakit mematikan, yang jika aku tertidur, aku akan mati. Entahlah, aku bingung dari mana penyakit itu datang. Aku merasa, Tuhan sedang mengujiku.
Aku bertahan sekuat tenagaku, mempertahanku tubuhku yang sebenarnya lemah, tak tahan akan mengantuk. Sesekali aku menguap, hingga rasanya aku ingin tertidur. Tetapi, bayang-bayang kematian selalu terngiang di kepalaku. Sampai akhirnya aku tak pernah tertidur, sampai detik ini. Wajahku berubah menjadi pucat pasi, ya seperti orang yang mengidap penyakit mematikan. Mataku tentu saja sembab, hitam, seperti orang yang stress akan pekerjaannya.
Tuhan, aku tahu semua orang akan mati, semua yang Kau ciptakan akan kembali padaMu. Tuhan, aku mencintai mereka, keluargaku, teman-temanku, orang yang aku cintai, dan semua orang yang mengenalku. Apakah jika aku mati nanti mereka akan bersedih? Atau mereka akan merasa bahagia?
Tuhan, aku mencintai keluargaku. Ibu dan bapakku, kakak dan adikku, nenek, kakek, sepupu, bibi, keponakan, uyut, semua keluargaku. Aku mencintai mereka. Apa jika aku mati nanti kakakku akan merasa sedih karna tak ada tempat dia bercerita? Apa adikku akan tenang tanpa aku membantunya mengerjakan tugasnya? Dan juga, apa semua keluargaku akan tetap mengingatku? Entahlah, yang aku tahu, aku mencintai mereka.
Tuhan, aku juga menyayangi teman-temanku. Sebentar lagi aku akan lulus, ya hari di mana aku akan dinyatakan lulus. Tapi, apa aku bisa merasakannya? Apakah teman-temanku akan bahagia tanpa aku? Apa mereka akan merindukan aku? Apa mereka akan bersedih? Atau malah merasa senang karna aku mati? Lagi-lagi aku tak tahu, yang aku tahu aku menyayangi mereka.
Lalu, orang yang aku cintai. Tuhan, aku mohon, jika Kau ambil aku, tolong gantikan seseorang yang lebih baik untuknya, untuk orang yang aku cintai. Aku yakin, di dunia ini kita tidak sendiri. Dia harus mendapat penggatiku. Tolong Tuhan, dia orang yang aku cintai. Bahagiakan dia, walaupun bukan bersamaku, walaupun bukan karenaku.
Tuhan, aku hanya meminta agar semua orang yang mengenalku tak menangis saat aku pergi, tetapi tersenyum bahagia. Bahagia karna aku akhirnya terbebas dari penyakit mematikan itu, terbebas dari rasa sakit yang luar biasa. Dan tentu saja, aku dapat tertidur pulas tanpa ada satupun yang dapat membangunkan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar